WHISTLEBLOWING SYSTEM DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD PADA BADAN PERTANAHAN NASIONAL KOTA BANDUNG
Abstrak
Abstrak
Perusahaan dapat mengambil inisiatif untuk membangun sistem pelaporan pelanggaran yang efektif sehingga masyarakat dan karyawan organisasi memiliki keberanian untuk melakukan tindakan berupa pencegahan akan terjadinya korupsi juga kecurangan dengan melaporkan kepada pihak berwajib yang mampu menangani masalah terkait. Sebagai hasil dari sistem whistleblowing ini dimungkinkan untuk meningkatkan kejujuran dan keterbukaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan bukti realitas Whistleblowing System dan Budaya Organisasi Terhadap Pencegahan Fraud di Badan Pertanahan Nasional Kota Bandung. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data untuk penelitian deskriptif kuantitatif. Partisipan dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Badan Pertanahan Nasional Kota Bandung. Besar sampel adalah 93 orang. Jumlah data yang diproses adalah 93 dan dilakukan pengujian antar variabel. Temuan penelitian ini menunjukkan angka signifikansi 0,000<0,05 yang menunjukkan adanya sistem whistleblowing dan budaya organisasi yang diarahkan pada pencegahan kecurangan. Sedangkan variabel whistleblowing system memiliki angka signifikansi 0,000<0,05 berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan/fraud. Sedangkan variabel budaya memiliki angka signifikansi 0,02<0,05, dapat diartikan budaya organisasi berpengaruh secara parsial terhadap pencegahan organisasi/fraud. Hasil R square sebesar 0,618 yang berati variasi pada penceagahan fraud mampu di terangkan oleh kedua variabel bebas (whistleblowing system dan budaya organisasi) sebesar 62% sedangkan sisanya 38% diterangkan oleh variabel lain diluar model atau variabel yang telah di teliti.
Abstract
Companies can take the initiative to create an efficient violation reporting system so that the general public and organization workers have the courage to take action in the form of preventing fraud and corruption by reporting it to the authorities who are capable of handling related issues. This whistleblower mechanism has the potential to improve transparency and honesty. In order to prove that the whistleblowing system and organizational culture at the Bandung City National Land Agency actually work, this study will gather data. In order to gather information for quantitative descriptive research, questionnaires are used. All of the workers of the Bandung City National Land Agency took part in the study. There are 93 persons in the sample. The total amount of data processed was 93, and variable testing was performed. The study's results demonstrate a significance level of 0.000 0.05, which suggests the existence of a system for reporting fraud and an organizational culture that encourages it. The whistleblowing system variable, which influences fraud prevention, has a significance level of 0.000 0.05. Despite the cultural variable's significance level of 0.02 0.05, it may be concluded that organizational culture has some bearing on fraud prevention. The two independent variables (whistleblowing system and organizational culture) can explain variations in fraud prevention to a degree of 62%, according to the R square result of 0.618, while the remaining 38% is explained by other variables outside the model or variables that have not been included in the model.